Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 1 Sampai 7
Silahkan Pilih Ayat:
Makkiyah
Ayat: 1 - 7
#
{بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)}
.
#
{1} أي: أبتدئ بكل اسم لله تعالى؛
لأن لفظ «اسم» مفرد مضاف، فيعم جميع
الأسماء الحسنى. {الله}: هو
المألوه المعبود المستحق لإفراده بالعبادة،
لما اتصف به من صفات الألوهية وهي:
صفات الكمال. {الرحمن الرحيم}:
اسمان دالان على أنه تعالى ذو الرحمة الواسعة العظيمة التي وسعت
كل شيء، وعمت كل حي، وكتبها للمتقين المتبعين لأنبيائه ورسله؛
فهؤلاء لهم الرحمة المطلقة، ومن عداهم فله نصيب منها.
واعلم:
أن من القواعد المتفق عليها بين سلف الأمة، وأئمتها، الإيمان
بأسماء الله وصفاته وأحكام الصفات، فيؤمنون مثلاً بأنه رحمن رحيم
ذو الرحمة التي اتصف بها المتعلقة بالمرحوم، فالنعم كلها أثر من
آثار رحمته، وهكذا في سائر الأسماء.
يقال في العليم:
إنه عليم ذو علم يعلم به كل شيء، قدير ذو قدرة يقدر على كل شيء.
(1) Maksudnya, saya memulai dengan
setiap nama milik Allah تعالى, karena kata
(اِسْم) adalah kata tunggal yang
disandarkan, maka ia meliputi seluruh Asma`ul Husna
(Nama-nama Allah yang baik-baik). ﴾
ٱللَّهُ
﴿ adalah yang dituhankan, yang disembah, dan yang berhak
diesakan dalam ibadah, karena Dia bersifat dengan sifat dari
sifat-sifat ketuhanan yaitu sifat-sifat kesempurnaan. ﴾
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ﴿ "Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang," adalah dua nama yang menunjukkan bahwa Allah تعالى
memiliki kasih yang luas dan besar yang meliputi segala sesuatu,
dan menyentuh seluruh yang hidup, yang Allah tetapkan bagi
orang-orang yang bertakwa yang mengikuti Nabi-nabiNya dan
Rasul-rasulNya; me-reka itu mendapatkan kasih yang mutlak
sedangkan orang-orang selain mereka hanya mendapatkan sebagian
dari kasih itu. Dan ketahuilah bahwa di antara kaidah yang telah
disepakati di antara salaf umat ini dan para imam ulama adalah
beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya serta
hukum-hukum tentang sifat tersebut. Mereka beriman bahwasanya
Dia adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang berarti
memiliki rahmat di mana Dia bersifat dengannya yang berkaitan
dengan hamba-hamba yang dirahmati. Maka nikmat-nikmat itu
seluruhnya adalah salah satu bekas dari rahmatNya, dan
demikianlah juga pada selu-ruh nama-nama Allah. Dikatakan
tentang "Yang Maha Mengetahui" bahwasanya Dia adalah Maha
Mengetahui dan memiliki ilmu di mana Dia menge-tahui dengannya
segala sesuatu. Juga Dia Mahakuasa, yakni bah-wasanya Dia adalah
Kuasa atas segala sesuatu.
#
{2}
{الحمد لله} هو: الثناء على الله
بصفات الكمال، وبأفعاله الدائرة بين الفضل والعدل، فله الحمد
الكامل بجميع الوجوه.
{رب العالمين} الربُّ: هو المربي
جميع العالمين، وهم من سوى الله بخلقه لهم، وإعداده لهم الآلات،
وإنعامه عليهم بالنعم العظيمة، التي لو فقدوها لم يمكن لهم
البقاء، فما بهم من نعمة فمنه تعالى.
وتربيته تعالى لخلقه نوعان:
عامة وخاصة: فالعامة هي: خلقه للمخلوقين ورزقهم وهدايتهم لما فيه
مصالحهم التي فيها بقاؤهم في الدنيا،
والخاصة:
تربيته لأوليائه، فيربيهم بالإيمان، ويوفقهم له، ويكملهم ، ويدفع
عنهم الصوارف والعوائق الحائلة بينهم وبينه.
وحقيقتها:
تربية التوفيق لكل خير والعصمة من كل شر، ولعل هذا المعنى هو
السرُّ في كون أكثر أدعية الأنبياء بلفظ الربِّ، فإن مطالبهم
كلها داخلة تحت ربوبيته الخاصة؛
فدل قوله:
{رب العالمين} على انفراده بالخلق،
والتدبير، والنعم، وكمال غناه، وتمام فقر العالمين إليه بكل وجه
واعتبار.
(2) ﴾ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ
﴿ "Segala puji bagi Allah" adalah pujian kepada Allah karena
sifat-sifat kesempurnaan dan karena perbuatan-per-buatanNya
yang berkisar di antara karunia dan keadilan, segala pujian
yang sempurna hanya bagiNya dalam segala bentuknya. ﴾
رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
﴿ "Rabb semesta alam." Rabb adalah Sang Pemeli-hara sekalian
alam, dan alam itu adalah siapa saja yang selain dari Allah
yang Allah ciptakan dan menyiapkan bagi mereka sarana-sarana,
memberikan kepada mereka nikmat yang besar, yang mana bila
mereka kehilangan kenikmatan itu niscaya mereka tidak akan
bertahan hidup, dan apa pun kenikmatan yang ada pada mereka,
maka itu semua adalah dariNya تعالى. Pemeliharaan Allah
terhadap makhlukNya ada dua macam; umum dan khusus. Yang umum
adalah Dia menciptakan makhluk, memberi mereka rizki, memberi
mereka hidayah kepada hal-hal yang berguna bagi mereka yang
merupakan sarana terpenting bagi mereka dalam mempertahankan
hidup di dunia. Dan yang khusus adalah pemeliharaanNya
terhadap kekasih-kekasihNya, Dia me-melihara mereka dengan
keimanan, membimbing mereka kepada-nya, menyempurnakan hal itu
untuk mereka, menolak dari mereka rintangan dan halangan yang
membatasi antara mereka dengan-Nya. Hakikatnya adalah
pemeliharaan bimbingan (taufik) kepada
segala yang baik dan menjauhkan dari kejahatan, dan mungkin
saja makna ini merupakan rahasia dari banyaknya doa-doa para
Nabi memakai kata رَبِّ, karena seluruh tuntutan permintaan
me-reka termasuk dalam naungan rububiyahNya yang khusus. Maka
FirmanNya, ﴾
رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Rabb sekalian alam" menunjukkan kepada
keesaanNya dalam penciptaan, pengaturan, kenikmatan,
kesem-purnaan kekayaanNya, serta kesempurnaan kebutuhan sekalian
alam kepadaNya dalam segala bentuk dan sudut pandang.
#
{4}
{مالك يوم الدين} المالك: هو من
اتصف بصفة الملك التي من آثارها أنه يأمر وينهى، ويثيب ويعاقب،
ويتصرف بمماليكه بجميع أنواع التصرفات وأضاف الملك ليوم الدين،
وهو يوم القيامة، يوم يدان الناس فيه بأعمالهم خيرها وشرها؛ لأن
في ذلك اليوم يظهر للخلق تمام الظهور، كمال ملكه وعدله وحكمته
وانقطاع أملاك الخلائق، حتى أنه يستوي في ذلك اليوم الملوك
والرعايا والعبيد والأحرار، كلهم مذعنون لعظمته خاضعون لعزته
منتظرون لمجازاته راجون ثوابه خائفون من عقابه، فلذلك خصه
بالذكر، وإلا فهو المالك ليوم الدين وغيره من الأيام.
(4) ﴾ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ﴿ "Yang
menguasai Hari Pembalasan." Yakni Yang menguasai, yaitu Dzat
yang bersifat memiliki, yang di antara tanda-tandanya adalah
bahwa Dia memerintah dan melarang, memberikan balasan dan
memberikan hukuman, bertindak dengan kekuasaanNya dengan segala
bentuk tindakan. Dia sandarkan kata "Menguasai" kepada kalimat
"Hari Pem-balasan" yaitu Hari Kiamat, hari di mana manusia akan
diberikan balasan perbuatan-perbuatan mereka yang baik maupun
yang buruk, karena pada hari itu akan nampak jelas terungkap
bagi se-luruh makhluk dengan sejelas-jelasnya, kesempurnaan
kekuasaan Allah, keadilan serta hikmahNya, dan
kekuasaan-kekuasaan para makhluk terputus di sana, hingga pada
hari itu akan sama para raja dan rakyat jelata, budak dan
manusia merdeka; semuanya ter-tunduk di bawah keagungan Allah,
patuh karena kemuliaanNya, seraya menunggu perhitunganNya,
dengan mengharap-harap ganjaranNya, dan khawatir terhadap
hukumanNya. Oleh karena itu Dia menyebutkan kata tersebut secara
khusus (di sini), karena kalau tidak
demikian, pastilah Dia adalah penguasa Hari Pemba-lasan maupun
hari-hari selainnya.
#
{5} وقوله:
{إياك نعبد وإياك نستعين}؛
أي:
نخصك وحدك بالعبادة والاستعانة، لأن تقديم المعمول يفيد الحصر
وهو إثبات الحكم للمذكور ونفيه عمّا عداه؛
فكأنه يقول:
نعبدك، ولا نعبد غيرك، ونستعين بك، ولا نستعين بغيرك، وتقديم
العبادة على الاستعانة من باب تقديم العام على الخاص، واهتماماً
بتقديم حقه تعالى على حق عبده.
والعبادة:
اسم جامع لِمَا يحبه الله ويرضاه من الأعمال والأقوال الظاهرة
والباطنة، والاستعانة هي: الاعتماد على
الله تعالى في جلب المنافع ودفع المضار، مع الثقة به في تحصيل
ذلك. والقيام بعبادة الله والاستعانة به هو الوسيلة للسعادة
الأبدية والنجاة من جميع الشرور، فلا سبيل إلى النجاة إلا
بالقيام بهما، وإنما تكون العبادة عبادةً إذا كانت مأخوذة عن
رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مقصوداً بها وجه الله، فبهذين
الأمرين تكون عبادة، وذكر الاستعانة بعد العبادة مع دخولها فيها؛
لاحتياج العبد في جميع عباداته إلى الاستعانة بالله تعالى؛ فإنه
إن لم يعنه الله لم يحصل له ما يريده من فعل الأوامر واجتناب
النواهي.
(5) FirmanNya ﴾ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ﴿ "Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah
dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolong-an," yakni
kami mengkhususkan kepadaMu semata, kami peruntuk-kan segala
ibadah dan permintaan akan pertolongan.
(Dimaknai demikian) karena mendahulukan
suatu kata yang menjadi obyek menunjukkan suatu pembatasan,
yaitu menetapkan hal tersebut bagi yang disebutkan dan
meniadakannya dari selainnya. Maka seolah-olah berkata, kami
menyembahMu, dan tidak menyembah selain diriMu, kami meminta
pertolongan kepadaMu, dan tidak meminta pertolongan pada selain
diriMu. Didahulukannya penye-butan ibadah daripada permintaan
akan pertolongan adalah di antara bentuk mendahulukan hal yang
umum dari hal yang khusus, serta perhatian dalam mendahulukan
hak-hak Allah daripada hak hambaNya. Ibadah adalah sebuah kata
yang mencakup apa saja yang dicintai oleh Allah dan diridhaiNya
berupa perbuatan maupun perkataan, baik yang lahir maupun yang
batin, dan memohon pertolongan adalah bersandar kepada Allah
dalam mendapatkan kemaslahatan dan menolak kemudaratan, diiringi
dengan keya-kinan yang kuat kepadaNya dalam mewujudkan semua
itu. Melaksanakan ibadah kepada Allah dan memohon perto-longan
kepadaNya merupakan jalan bagi sebuah kebahagiaan yang abadi dan
keselamatan dari segala kejahatan. Maka tidaklah ada cara untuk
mendapatkan keselamatan kecuali dengan melaksana-kan kedua hal
tersebut, dan sesungguhnya sebuah ibadah itu di-katakan sebagai
ibadah apabila ibadah tersebut diambil contohnya dari Rasulullah
ﷺ yang dilaksanakan dengan tujuan mencari Wajah Allah semata;
dengan kedua faktor ini jadilah perbuatan bersang-kutan sebagai
ibadah. Disebutkannya permohonan pertolongan setelah ibadah
padahal sebenarnya memohon pertolongan itu ada-lah bagian dari
ibadah itu sendiri adalah karena kebutuhan hamba di dalam
seluruh ibadah-ibadah mereka kepada permohonan akan pertolongan
kepada Allah تعالى tersebut, sebab bila Allah tidak menolongnya,
maka tidak akan terwujud untuknya sesuatu yang dikehendakinya
dari pelaksanaan perintah maupun menghindari larangan.
Kemudian Allah تعالى berfirman,
#
{6}
{اهدنا الصراط المستقيم}؛
أي:
دلنا وأرشدنا، ووفقنا إلى الصراط المستقيم، وهو الطريق الواضح
الموصل إلى الله وإلى جنته، وهو معرفة الحق والعمل به، فاهدنا
إلى الصراط، واهدنا في الصراط، فالهداية إلى الصراط لزوم دين
الإسلام وترك ما سواه من الأديان، والهداية في الصراط تشمل
الهداية لجميع التفاصيل الدينية علماً وعملاً؛ فهذا الدعاء من
أجمع الأدعية وأنفعها للعبد؛ ولهذا وجب على الإنسان أن يدعو الله
به في كل ركعة من صلاته لضرورته إلى ذلك؛
وهذا الصراط المستقيم هو:
(6) ﴾ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
﴿ "Tunjukilah kami jalan yang lurus." Mak-sudnya, tuntunlah
kami, bimbinglah kami, dan arahkan kami kepada jalan yang lurus,
yaitu jalan yang sangat jelas yang meng-hantarkan kepada Allah
dan kepada surgaNya, yaitu mengetahui kebenaran dan
melaksanakannya. Tunjukilah kami kepada jalan tersebut dan juga
tunjukilah kami di jalan itu. Maka petunjuk kepada jalan adalah
konsisten terhadap agama Islam dan mening-galkan agama-agama
selainnya. Petunjuk kepada jalan meliputi petunjuk kepada
seluruh perincian-perincian agama baik ilmu maupun amalannya.
Oleh karena itu, doa ini adalah termasuk doa yang paling lengkap
dan paling berguna bagi seorang hamba. Dengan demikian, maka
wajiblah atas manusia untuk berdoa kepada Allah dengan doa itu
dalam setiap rakaat shalatnya, karena kebutuhannya yang sangat
kepada hal tersebut,
dan jalan yang lurus itu adalah:
#
{7}
{صراط الذين أنعمت عليهم} من
النبيين والصديقين والشهداء والصالحين
{غير} صراط
{المغضوب عليهم} الذي عرفوا الحق
وتركوه كاليهود ونحوهم، وغير صراط
{الضالين} الذين تركوا الحق على
جهل وضلال كالنصارى ونحوهم.
(7) ﴾ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ
عَلَيۡهِمۡ
﴿ "Yaitu jalan orang-orang yang telah Eng-kau anugerahkan
nikmat kepada mereka," dari para Nabi, orang-orang yang benar
dalam keimanan (ash-Shiddiqun), para
syuhada, dan orang-orang shalih, ﴾
غَيۡرِ ﴿ "bukan" jalan ﴾ ٱلۡمَغۡضُوبِ
عَلَيۡهِمۡ
﴿ "mereka yang dimurkai" yang mengetahui kebenaran namun
meninggalkan kebe-naran tersebut seperti Yahudi dan semisal
mereka, dan bukan pula jalan ﴾
ٱلضَّآلِّينَ ﴿ "mereka yang sesat" yakni orang-orang yang
mening-galkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan seperti
Nasrani dan semisal mereka.
Surat ini dengan keringkasannya meliputi hal-hal yang tidak
diliputi oleh surat-surat lainnya dalam al-Qur`an. Surat ini
mengan-dung macam-macam tauhid yang tiga yaitu tauhid rububiyah
yang disarikan dari FirmanNya ﴾ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
﴿ "Rabb sekalian alam," tauhid uluhiyah yaitu mengesakan
Allah dalam beribadah yang disarikan dari kata "Allah" dan
dari FirmanNya ﴾
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
﴿ "Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada
Engkau-lah kami memohon pertolongan," dan tauhid Asma` wa
Shifat, yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah
تعالى yang telah ditetapkan oleh DiriNya sendiri dan
ditetapkan oleh RasulNya ﷺ tanpa meng-ingkari, memisalkan, dan
menyerupakan, di mana sesungguhnya hal itu ditunjukkan oleh
kata ﴾
ٱلۡحَمۡدُ
﴿ "pujian" sebagaimana yang telah lalu. Demikian juga surat
ini mengandung penetapan akan kena-bian dalam FirmanNya
﴾
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
﴿ "Tunjukilah kami jalan yang lurus," karena hal itu tidak
akan mungkin tanpa adanya risalah. Juga penetapan akan balasan
bagi segala perbuatan yaitu dalam FirmanNya, ﴾
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
﴿ "Yang menguasai Hari Pembalasan," dan bahwasanya balasan
itu terjadi dengan keadilan, karena pem-balasan adalah
ganjaran dengan adil. Dan penetapan akan takdir, bahwasanya
seorang hamba itu benar-benar sebagai pelaku, berbeda dengan
pemikiran al-Qada-riyah maupun al-Jabariyah. Bahkan ia
mengandung penolakan terhadap ahli-ahli bid'ah dan kesesatan
seperti dalam FirmanNya, ﴾
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
﴿ "Tunjukilah kami jalan yang lurus," karena ia ber-makna
mengetahui yang benar lalu mengamalkannya, sedangkan setiap
pelaku bid'ah dan pelaku kesesatan adalah menyimpang dari
semua itu. Juga mengandung ajaran untuk ikhlas beragama hanya
untuk Allah تعالى semata, baik ibadah maupun permohonan
pertolongan, yaitu dalam FirmanNya, ﴾
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ﴿ "Hanya kepada
Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami
memohon per-tolongan." Akhirnya segala pujian hanya bagi Allah,
Rabb sekalian alam.